Perlu
industri substitusi impor
Industri substitusi impor multak
dikembangkan dialam negeri untuk mengurangi impor bahan baku dan barang modal
yang terus tinggi. Impor yang didominasi bahan baku dan barang modal disektor
produksi selama ini salah satu penyebab defisit perdagangan.
Menteri Perindustrian MS Hidayat
mengatakan, meski sudah berhasil ditekan, defist perdagangan masih terjadi.
Sebagai perbandingan, defisit perdagangan produk industri pada triwulan I-2013
tercataT 3,87 miliar dollar AS. Pada triwulan I-2014 defisit dapat ditekan 87,8
presen menjadi tinggal 473,8 juta dollar AS.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan,
neraca perdangan nasional membukukan surplus pada triwulan I sebesar 1,07
miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan triwulan I-2014 didorong surplus
nonmigas. Sektor migas masih terus defisitpada triwulan I-2014, nonmigas
mencatat surplus 4,213 miliar dollar AS,
sementara migas defisit 3,14 miliar dollar AS.
Sementara, data BI menyebutkan, defisit
transaksi berjalan triwulan I-2014
mencapai 4,191 miliar dollar AS atau setara 2,06 persen produk domestik
brotu (PDB). Pada triwulan I-2014, transaksi minyak defisit 5,9 miliar dollar
AS, sedangkan jasa defisit 2,214 miliar dollar AS. Adapun pendapatan mecata
defisit 6,4 miliar dollar AS.
Hidayat merinci sejumlah faktor penyebab
dominasi impor bahan baku dan barang modal yang membuat defisit perdagangan.
Faktor itu adalah masih lemahnya daya saing industri nasional dan belum kuat
serta dalamnya struktur industri nasional.
Selain itu juga belom optimalnya alokasi
sumber daya energi, bahan baku, serta pembiayaan industri. Faktor berikutnya
adalah masih banyak ekspor komoditas primer. Hal lain adalah belum memadainya dukungan saran prasarana industri,
seperti kawasan industri, jaringan energi, telekomukasi, transportasi dan
distribusi.
Pengembangan industri substitusi impor
merupakan solusi mengatasi permasalahan itu. Ini haris simultan dengan
percepatan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah produk primer.
Sejumlah upaya dilakukan pemeritah untuk
mendorong masuknya investasi industri substitusi impor, atar lain melalui
pemberian insentif fiskal berupa tax holiday dan tax allowance. Di sisi lain,
kalangan dunia usaha belaangan ini juga gencar mempertanyakan konsistensi
kebijakan pemerintah. Ini khususnya terkait langkah menaikkan tarif listrik
bagi industri hulu dengan tahapan relatif singkat, yakni hingga akhir tahun.
Industri hulu yang terpukul antara lain baja dan petrokimia.
Selama ini, dengan alasan menekan impor
bahan baku yang mendorong defisit, pemerintah mengundang masuknya investasi
disekotr industri hulu dengan menawarkan sejumlah insentif.
Tetapi, belakangan pemerintah justru
memberi disinsentif bagi industri hulu dengan menaikkan tarif listrik. Dari
data kemenparin, pada triwulan I-2014, investasi penanaman modal dalam negeri
sektor industri Rp 11,11 triliun, hanya naik 1,73 persen dibandingkan periode
sama tahun 2013. Pada kurun waktu sama, investasi penanaman modal asing sektor
industri turun 23,37 persen menjadi 3,49 miliar dollar AS.
Daftar
pustaka : (koran kompas Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar