Rabu, 25 Juni 2014

Tulisan 2


Perekonomian Indonesia

Kemiskinan Jauh Dari Target

Angka kemiskinan tahun 2014 bakal meleset jauh dari target. Disamping pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan melambat, hal ini disebabkan tren pelambatan laju pengurangan kemiskinan sejak tahun 2010 masih terus belanjut. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan dibawah 6 persen.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Ahmad Erani Yustika menyatakan, selama 10 tahun terakhir, 1 persen pertumbuhan ekonomi rata-rata mengurangi 0,1 – 0,2 persen penduduk miskin pertahun. Dengan demikian, jika pertumbuhan ekonomi tahun 2014berkisar 5,2 – 5,4 persen, angka kemiskinan hanya akan turun 0,5 – 0,6 persen. Ini pun dengan syarat bahwa inflasi bisa terkendali.  Tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak dan harga pangan. Inflasi mesti dibawah 6 persen. Kalau inflasi diatas 6 persen, angka kemiskinan justru dapat meningkat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk miskin per September 2013, sebanyak 28,55 juta jiwa atau 11,47persen dari total penduduk Indonesia. APBN 2014 menargetkan angka kemiskinan pada akhir 2014 sebanyak 9 – 10,5 persen. Sementara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 menargetkan jumlah penduduk miskin per tahun 2014 adalah 8-10 persen dari total penduduk Indonesia.

Dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat per 19 Februari, Kepala Bdan Perencanaan Pembangunan Nasional ( Bappenas) Armida Salsiah Alisjahbana menyatakan, angka kemiskinan tahun 2014 akan dibawah target. Proyeksinya mengarah ke 10,54-10,75 persen. Proyeksi ini antara lain mendasarkan  atas pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang diperkirakan bisa melambat sampai 5,8 persen dari target 6 persen. Jika belakangan proyeksinya kian turun, angka kemiskinan akan semakin meleset jauh dari target. Baru-baru ini, Bank Indonesiamemperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia thaun 2014 5,1 persen – 5,5 persen.

Mengutip paparan Armida dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional 2014, terjadi penurunan penciptaan lapangan kerja selama periode 2011-2013 dibandingkan periode 2007-2010. Untuk tahun 2013, terdapat penurunan jumlah pekerja secara nasional sebanyak 10.000 orang meskipun ekonomi tumbuh sekitar 5,9 persen. Ini berimplikasi kepadaangka pengangguran yang meningkat, terutama pada kelompok lulusan sekolah menengah atas (SMU atau SMK). Sementara itu, penurunan angka kemiskinan terus melambat sejak tahun 2010. Tahun 2006-2009, pengurangan angka kemiskinan  rata-rata 1,13 juta jiwa per tahun. Sejak tahun 2010, tingkat penurunan melambat menjadi sekitar 1 juta jiwa per tahun.

Solusi untuk menghentikan tren tersebut, menurut Erani, melalui penguatan aset ekonomi rakyat. Bagi petani, hal itu hanya bisa dilakukan melalui performa agraria. Untuk buruh harus dilakukan melalui kebijakan upah secara keseluruhan yang semakin baik.

Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta A Tony Prasetiantono menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tak banyak menyerap tenaga kerja. Angka pengangguran terus meningkat dari 5,9 persen menjadi 6,2 persen. Kondisi ini terjadi karena kita kurang mendorong industrialisasi sektor yang memiliki nilai tambah tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja. Ke depan, strategi pemerintah harus mendorong sektor-sektor yang kuat menyerap tenaga kerja, seperti manufaktur dan pertanian.

Daftar pustaka : ( koran kompas Mei 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar