Perekonomian Indonesia
Kemiskinan Jauh Dari Target
Angka
kemiskinan tahun 2014 bakal meleset jauh dari target. Disamping pertumbuhan
ekonomi yang diperkirakan melambat, hal ini disebabkan tren pelambatan laju
pengurangan kemiskinan sejak tahun 2010 masih terus belanjut. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2014 diperkirakan dibawah 6 persen.
Guru
Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Ahmad Erani
Yustika menyatakan, selama 10 tahun terakhir, 1 persen pertumbuhan ekonomi
rata-rata mengurangi 0,1 – 0,2 persen penduduk miskin pertahun. Dengan
demikian, jika pertumbuhan ekonomi tahun 2014berkisar 5,2 – 5,4 persen, angka
kemiskinan hanya akan turun 0,5 – 0,6 persen. Ini pun dengan syarat bahwa
inflasi bisa terkendali. Tidak ada
kenaikan harga bahan bakar minyak dan harga pangan. Inflasi mesti dibawah 6
persen. Kalau inflasi diatas 6 persen, angka kemiskinan justru dapat meningkat.
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik, penduduk miskin per September 2013, sebanyak 28,55
juta jiwa atau 11,47persen dari total penduduk Indonesia. APBN 2014 menargetkan
angka kemiskinan pada akhir 2014 sebanyak 9 – 10,5 persen. Sementara Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 menargetkan jumlah
penduduk miskin per tahun 2014 adalah 8-10 persen dari total penduduk
Indonesia.
Dalam
rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat per 19 Februari,
Kepala Bdan Perencanaan Pembangunan Nasional ( Bappenas) Armida Salsiah
Alisjahbana menyatakan, angka kemiskinan tahun 2014 akan dibawah target. Proyeksinya
mengarah ke 10,54-10,75 persen. Proyeksi ini antara lain mendasarkan atas pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang
diperkirakan bisa melambat sampai 5,8 persen dari target 6 persen. Jika
belakangan proyeksinya kian turun, angka kemiskinan akan semakin meleset jauh
dari target. Baru-baru ini, Bank Indonesiamemperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia thaun 2014 5,1 persen – 5,5 persen.
Mengutip
paparan Armida dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional 2014, terjadi
penurunan penciptaan lapangan kerja selama periode 2011-2013 dibandingkan
periode 2007-2010. Untuk tahun 2013, terdapat penurunan jumlah pekerja secara
nasional sebanyak 10.000 orang meskipun ekonomi tumbuh sekitar 5,9 persen. Ini
berimplikasi kepadaangka pengangguran yang meningkat, terutama pada kelompok
lulusan sekolah menengah atas (SMU atau SMK). Sementara itu, penurunan angka
kemiskinan terus melambat sejak tahun 2010. Tahun 2006-2009, pengurangan angka
kemiskinan rata-rata 1,13 juta jiwa per tahun.
Sejak tahun 2010, tingkat penurunan melambat menjadi sekitar 1 juta jiwa per
tahun.
Solusi
untuk menghentikan tren tersebut, menurut Erani, melalui penguatan aset ekonomi
rakyat. Bagi petani, hal itu hanya bisa dilakukan melalui performa agraria.
Untuk buruh harus dilakukan melalui kebijakan upah secara keseluruhan yang
semakin baik.
Secara
terpisah, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta A Tony Prasetiantono menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir tak banyak menyerap tenaga kerja. Angka
pengangguran terus meningkat dari 5,9 persen menjadi 6,2 persen. Kondisi ini
terjadi karena kita kurang mendorong industrialisasi sektor yang memiliki nilai
tambah tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja. Ke depan, strategi pemerintah harus
mendorong sektor-sektor yang kuat menyerap tenaga kerja, seperti manufaktur dan
pertanian.
Daftar pustaka : ( koran kompas Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar