Rabu, 25 Juni 2014

Tulisan 5


Perekonomian Indonesia

Rupiah Turun Terdalam

Nilai tukar rupiah melemah menembus level Rp 11.700 per dollar AS pada perdagangan. Pelemahan nilai rupiah terhadap dollar AS ini sebagai respons defisit neraca perdangan pada April. Nilai rupiiah anjlok paling dalam diantara mata uang lain di Asia.

Merujuk pada kurs referensi BI (jisdor), rupiah berada dilevel Rp 11.740 per dollar AS. Rupiah melemah 139 poin (0,98 persen) dari penutupan sbelumnya dilevel Rp 11.611 per dollar AS. Menurut Bloomberg, penurunan rupiah ini terdalam di Asia atas dollar AS. Rupiah ditutup melemah 90 poin (0,77 persen) dilevel Rp 11.766 per dollar AS. Dalam satu tahun ini, nilai rupiah terendah dilevel Rp 12.281 per dollar AS dan tertinngi di Rp 9.785 per dollar AS. Mata uang ditingkat global kemarin terdesak posisi dollar AS yang menguat. Para ekonom memproyeksikan manufaktur AS ekspansif tercepat tahun ini. Ini sekaligus membedakan kondisinya dengan yang terjadidi Uni Eropa yang masih dibayangi sejumlah masalah pertumbuhan.

Nilai euro pun berada diposisi terlemahnya dalam tiga bulan terhadap dollar AS. Pasar mengharapkan adanya tambahan stimulus pasar global. Posisi rupiah sendiri, semakin terimpit isi rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) atas data inflasi bulan Mei dan neraca perdagangan. BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia bulanni  April 2014 mengalami defisit terbesar 1,96 milliar dollar AS. Hal ini disebabkan sektor migas dan nonmigas masing-masing 1,07 miliar dollar AS dan 0,89 miliar dollar AS.

Menurut Kepala Riset dan Analisis BNI Treasury Nuru Eti Nurbaeti, kecemasan menipisnya surplus yang akan mempengaruhi kinerja neraca transaksi berjalan terus membebani pergerakan rupiah.

Pergerakan indeks harga saham gabungan yang tertahan di zona merah sebelumnya, menurut Eti Nurbaeti, ikut mengancam nilai rupiah. Namun, otoritas BI belum intervensi pasar mengendalikan nilai rupiah. BI masih merasa cukup nyaman melihat posisi rupiah dikisaran saat ini.  Tim Riset Eastspring Investment dalam tinjaunnya mengatakan tingginya permintaan atas dollar AS. Salah satu pemicunya adalah kebutuhan korporasi untuk pembayaran dividen. Antisipasi terhadap data perekonomian Indonesia kurang  memuaskan menambah sentimen negatif di pasar.

Pengamat pasar uang, Yanuar Rizky, melihat dari sisi arus global, dana quantitative easing dari Bank of Japan yang mengalir ke pasar modal dan keuangan Inodonesia sejak Februari tahun ini mulai ditarik keluar dari pasar Indonesia sehingga menekan posisi rupiah. Ia menilai BI akan menahan rupiah di level yang diingkan Rp 11.600 – Rp 11.800 per dollar AS. Di pasar modal, dana investor asing kembali mengalir ke Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp 835 miliar. Investor asing mencata penjualan bersih hingga Rp 600 milliar. Aliran dana investor asing di BEI mencapai Rp 42,2 triliun.

Daftar pustaka : ( koran kompas Juni 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar